• BALADA SANG JALA

    Nasib Nelayan Terombang-ambing di Laut Bengkulu

    Belenggu kemiskinan 14,62% pada Maret 2022. Sumber: BPS Provinsi Bengkulu masih menjerat hidup masyarat Bengkulu, terutama para nelayan di tepian laut Sang Bumi Raflesia. Kesejahteraan diri dan keluarga tertanam jauh dari pandangan mata para pelempar jala di laut biru. Memang pilu, profesi ini masih ditekuni para pemiliknya lantaran tak punya pilihan lain untuk keluar dari kisah hidup penuh haru. Latar belakang pendidikan yang terhenti di bangku SMA Sumber:
    Susenas Maret 2022
    memaksa para jiwa yang lelah itu untuk tetap melaut.

  • Nelayan
  • Jeratan Kemiskinan di Tengah Kekayaan Laut Bengkulu

    Dengan garis pantai yang menjulang sejauh 525 KM, Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu dan sumbangan hasil Perikanan yang besar dalam PDRB Pertanian Bengkulu (24 persen) Sumber:
    Susenas Maret 2022
    , ternyata hanya sekitar 12.000 Sumber:
    Susenas Maret 2022
    penduduk Bengkulu memiliki mata pencaharian di Subsektor Perikanan. Dan dari yang sedikit itu, masih banyak yang terjerat di dalam kurungan kemiskinan, sang pelempar jala yang belum tentu dapat memenuhi kebutuhan pangannya sehari-hari.

    • Potret Nelayan
    • Potret Pelabuhan
    • Potret Pantai Bengkulu

    • Potret Nelayan
    • Potret Pelabuhan
    • Potret Pantai Bengkulu
    • Nelayan
    • Miskin
    • Miskin
  • Sang Nelayan

    Walaupun nelayan adalah profesi yang mulia, sebagian besar dari mereka ( 90 persen Sumber:
    Susenas Maret 2022
    ) hanyalah pekerja, buruh yang mengadu nasib di tengah ketidakpastian tangkapan ikan di laut lepas. Sementara itu, sebagian kecil yang memiliki perahu dan kapal trawl (pengusaha, 10 persen Sumber:
    Susenas Maret 2022
    ), justru menguasai kemaritiman daerah pengasingan Bung Karno Rumah Bung Karno ini. Fenomena ini menambah pahitnya hidup nelayan Bengkulu. Walaupun motto hidup rendah hati yang dibanggakan para nelayan, "Ikan sejerek, beras secupak, madar! "Ikan sejerat dan beras seliter sudah cukup untuk menyambung hidup (rehat)."" mampu memudarkan kabar tentang mereka, tidak seharusnya penduduk di negeri maritim ini menjadi orang-orang pinggiran yang terlupakan.

  • Ada Apa dengan Bengkulu

    Provinsi Bengkulu tidak hanya kaya dengan produksi kopi yang melimpah ruah, tetapi juga kearifan budaya yang menggelora dan keragaman kuliner yang menggugah selera. Namun sayang, walaupun sang pemilik Benteng Malborough Benteng Malborough ini memiliki garis pantai terpanjang di penjuru Asia Tenggara, kekayaan lautnya belum mendapat perlakuan yang layak dari para pemangku kepentingan yang berpijak di buminya.

    Data telah berbicara bahwa sampai pada tahun 2022 sebanyak 51,75 persen (961,38 Ha) terumbu karang Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bengkulu di laut Bengkulu dalam kondisi buruk; 22,90 persen (425,51 Ha) dalam kondisi sedang; hanya 25,35 persen (741,43 Ha) yang masih dalam kondisi baik.

    Kendati demikian, sejak Tahun 2013 produksi ikan tangkap laut di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan potensi besar yang menanti untuk digali di 7 dari 10 kabupaten/kota di Bengkulu memiliki garis pantai.

    • Benteng Malborough
    • Benteng Malborough
    • Raflesia
    • Rumah Bung Karno

Angan-angan Sang Pelempar Jala

Ketika Kabar Tentang Mereka Tak Lagi Terdengar

Beberapa waktu silam, Tim Data Rangers mendengarkan curahan hati penuh duri dari Dang Joni, seorang buruh nelayan di Pantai Zakat, Kota Bengkulu. Lelaki paruh baya itu setiap hari mempertaruhkan nyawa di laut lepas mendampingi Dang Ujang, pemilik perahu kecil. Kadang matahari menjadi saksi kepulangan mereka berkumpul kembali dengan keluarga, kadang pantai sunyi Pulau Tikus Pulau Tikus yang harus menemani malamnya. Dang Joni, dahulu perampok di tanah jauh, telah mengarungi ombak sejak Tahun 2017, mencari penebusan dari masa lalunya yang penuh kegelapan. Pendidikan formalnya terhenti di Kelas 3 SMP, menyebabkannya sulit mencari pekerjaan lain yang lebih menjanjikan. Selama enam bulan terakhir, tangkapan mereka menyusut, karena wajah alam yang terguncang oleh kemarahan badai El Niño, Lebih lanjut: Baca Dampak Badai El Niño tarian sang badai yang tak diundang. Dan seolah itu belum cukup, gerombolan kapal trawl, seperti raksasa rakus, mengeruk sumber kehidupan di perairan Bengkulu. Hasil laut yang melimpah dipanen oleh penguasa modal, menyisakan ikan-ikan kecil di jaring lusuh Dang Joni dan kawan-kawan. Dang Joni berpegang pada bara harapan, mendambakan rangkulan Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk menertibkan kapal-kapal trawl, agar dapat berbagi nikmat tangkapan laut. Dang Joni menunggu hari saat derajat hidupnya terangkat di tengah jerih payah bertahan di atas perahu yang terombang-ambing di laut Bengkulu.